Pemalang | Gerbang Indonesia – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghadiri kegiatan puncak acara Peringatan HUT ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional tahun 2022 tingkat Nasional di Semarang. Sabtu 3 Desember 2022.
Dalam kesempatan tersebut Ganjar Pranowo memberikan Sambutan di depan Pengurus PGRI dan juga disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo, Menteri Pendidikan,
Kebudayaan dan Riset Teknologi (Mendikbud Ristek) Republik Indonesia Nadiem Anwar Makariem dan segenap tamu yang hadir dalam acara tersebut.
Dalam Sambutannya Ganjar Pranowo menyampaikan, “Sebelum Saya memulai sambutan ini Izinkan saya mengajak kepada Bapak Ibu sekalian untuk menundukkan kepala sejenak saja, kita akan kirim doa kepada 12044 Guru yang telah gugur di medan pandemi, Guru telah berusaha sekeras-kerasnya untuk membantu pemerintah agar pandemi ini bisa teratasi, “Berdoa menurut Agama dan keyakinan kita masing-masing mulai”. Aamiin semoga mereka mendapatkan tempat yang paling membahagiakan di sana”.
Ganjar melanjutkan bahwa, Bagi Negara tidak ada kerugian yang melebihi besarnya kehilangan para Guru, Sama halnya tidak ada keuntungan yang melebihi besarnya sama dengan keberadaan para Guru.
Tentu kita sudah mendengar kisah, bagaimana Jepang telah dihantam oleh bom atom, di tengah kehancuran dan banyaknya korban yang meninggal pada saat itu. Pemimpin tertinggi Jepang justru menanyakan berapa jumlah guru yang tersisa, Guru adalah sosok pertama yang dicari oleh kaisar Jepang pada saat itu untuk kembali mengawal kebangkitan Jepang.
Setelah dilakukan pendataan Guru pada saat itu yang tersisa kira-kira 45.000, dari 45.000 Guru itu kita bisa melihat bagaimana perkembangan dan pertumbuhan yang dialami Jepang pada saat ini. Pertanyaan sederhana, kira-kira begini, bisa nggak sih kita menyamai capaian Jepang dengan kekuatan Guru, bisa nggak sih spirit Jepang itu kita tiru dengan 3,3 juta Guru di 217.283 Sekolah serta 265,5 ribu Dosen yang ada di 3975 perguruan tinggi.
Mestinya Kita sanggup melakukan itu dan mewujudkannya, meskipun kesulitan ada, tantangan ada. Guru adalah garis terdepan yang menjadi ikhtiar untuk pemerataan akses pendidikan.
Pemerintah pusat melanjutkan dengan melahirkan “Program Merdeka belajar” dengan program itu ruang belajar mengajar serta pertukaran pikiran antara guru dan murid menjadi lebih intensif dan di sinilah peran dan kualitas guru menjadi nomor satu, meskipun terkadang buat siswa, Guru itu ya menjengkelkan pr-nya banyak, tugasnya tumpuk-tumpuk.
Maka siapapun yang akan melakukan pembangunan, terlebih dahulu harus membangun pendidikan, dan itu tidak bisa ditawar lagi dan gurulah yang akan menjadi pemegang kunci berkualitas atau tidaknya sebuah generasi.
Mesti kita sadari pada hari ini adalah, dunia pendidikan bukan sekedar ruang untuk mencetak karyawan, dunia pendidikan adalah ruang terbesar untuk mengangkat derajat kemanusiaan, dan pada titik inilah peran guru sesungguhnya yang harus memahami potensi kemanusiaan yang terbesar yang ada di setiap siswa.
Tidak ada yang mewajibkan semua siswa pandai matematika atau fisika, tidak ada yang
mewajibkan semua siswa menguasai ekonomi atau geografi. Siswa punya potensi sendiri-sendiri, kita tidak bisa memaksakan murid untuk menguasai semua ilmu sebagaimana kita tidak bisa mengajari ikan untuk terbang, ataupun burung untuk berenang, biarkan pada pilihannya.
Kita nggak fair jika ngomong tentang pembangunan dunia pendidikan tapi malah melupakan pembangunan sumber pendapatan para pengajarnya..? Kalau saya ngomong pendidikan, saya keras ngomong pendapatan, bahkan kadang-kadang “perbedaan pendapat” itu bisa lebih diterima dibanding “beda pendapatan”.
Saya senang ketika kemudian, Guru tetap mengajar, tidak pernah menyerah meskipun saya paham betul atas keluhan itu, tapi ikhtiar tidak pernah berhenti, selalu semangat dalam inovasi dan kreasi. “Selamat Hari Guru, I love you full”. Pungkas Ganjar. (Eko B Art)