Pemalang, Gerbang Indonesia – Gubernur Jawa Tengah dua Periode Ganjar Pranowo memberikan sambutan pada acara Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2023, di Halaman Kantor Pemprov Jateng, Selasa 2 Mei 2023.
Dalam awal sambutannya Ganjar Pranowo menyampaikan bahwa “Upacara ini akan menjadi yang terakhir bagi kita untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional secara bersama-sama”.
Karena selama hampir 10 tahun Saya menjalankan amanah untuk bertugas sebagai Gubernur Jawa Tengah, banyak sekali sebenarnya pelajaran yang saya terima, banyak sekali saya belajar dari Panjenengan (Anda) semuanya, karena ini bukan sekedar pekerjaan, juga bukan sekedar pengabdian, inilah sebuah kepantasan yang memang semestinya kita lakukan, “Ing Ngarso Sung tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”.
Lebih lanjut Ganjar menambahkan, Dengan segala kepantasan itu, Alhamdulillah kita bisa melahirkan program-program yang bukan sekedar untuk memenuhi laporan pertanggungjawaban saja di bidang Pendidikan.
Saya sangat bersyukur akhirnya kita bisa bersama-sama mewujudkan Pendidikan gratis untuk tingkat SMA dan SMK, bahkan setelah kita menerima mandat sebagai penanggung jawab Pendidikan menengah atas, kita jadi tahu di Jawa Tengah ternyata masih terdapat sekitar 17 Kecamatan yang belum memiliki SMA dan SMK Negeri. Insya Allah secara bertahap kita akan cukupi satu persatu, bangunan pertama sudah kita lakukan di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
Kenapa yang pertama adalah Kecamatan Tawangmangu..? Karena Tawangmangu menjadi Kecamatan yang belum punya SMA/SMK Negeri, padahal potensi lulusan SMP-nya cukup tinggi.
Selanjutnya akan kita bangun kembali SMK Negeri yang ada di kecamatan Lumbir di Kabupaten Banyumas dan tentu saja ada satu lagi di SMK Negeri di Kecamatan Pagentan di Kabupaten Banjarnegara.
Sementara di wilayah lain seperti di Kabupaten Klaten, Purbalingga Boyolali, maupun Brebes telah kita terapkan sistem Pendidikan Kelas Jauh, dan juga sekolah virtual untuk bisa mengakomodasi anak-anak kita, dimana usia belajar mereka (usia wajib belajar). Ujar Ganjar Pranowo.
Pemerataan Pendidikan tingkat atas itu menjadi sangat penting, selain itu juga akan membuka Cakrawala pemikiran seorang yang lebih luas lagi dan membuka peluang ruang-ruang pencarian Rizki serta pengembangan diri juga terbuka sangat lebar. Artinya jika seorang tamat SMA/SMK, dia akan memiliki potensi lebih besar untuk menaikkan derajat diri, serta martabat dari keluarganya.
“Cerita Rafli Saputro” ini bisa kita jadikan contoh, dia lulusan SMK Negeri Jawa Tengah yang saat ini bekerja di perusahaan teknologi di Jepang, waktu lulus SMP karena faktor biaya dia sebenarnya ragu, apakah dia mampu untuk bisa melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi SMA atau SMK. Ibunya cuma buruh pemotong Filter rokok dan Bapaknya kerjanya serabutan, begitu tahu ada SMK Jateng semua biaya Pendidikan dan biaya hidup gratis, akhirnya dia mendaftar dan diterima di sekolah itu. Sekarang Alhamdulillah dia bisa merenovasi rumah orang tuanya, bisa membelikan ladang dan memberikan kiriman bulanan kepada orang tuanya. Sungguh pengabdian anak kepada orang tua yang telah membesarkannya selama ini.
Cerita sukses seperti ini menjadi penting agar seluruh putra-putri yang ada di Jawa Tengah, jiwanya memiliki spirit untuk menaikkan derajat, minimal dari derajat keluarga yang menjadi ruang tempat pulang dan mendapat kasih sayang.
Maka seluruh anak-anak bangsa harus mendapatkan akses Pendidikan yang berkualitas, karena dari Pendidikan itulah semuanya bermula dari kesempatan meraih ekonomi yang lebih baik bagi setiap keluarga hingga capaian-capaian teknologi yang menyelesaikan seluruh persoalan bangsa.
Selain itu saya juga mengucapkan terima kasih kepada Panjenengan semua yang telah membantu, menata anggaran agar semua guru honorer yang berada di bawah tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bisa menerima gaji minimal sesuai UMK. Kita tidak bisa memberikan banyak, tapi derajat mereka harus kita tingkatkan, karena merekalah yang mencerdaskan kehidupan anak-anak Negeri ini, dan tentunya ada capaian kerja kita yang lain dalam bidang pendidikan, mulai dari bantuan untuk siswa miskin ada juga Bosda (Bantuan Operasional Sekolah Daerah) sampai keringanan transportasi bagi anak-anak, atau pelajar kita.
Saya berharap pada tahun-tahun mendatang akan lahir program-program pendidikan yang lebih revolusioner, jika apa yang sudah kita lakukan ini adalah hal baik, silahkan diteruskan, tetapi jika ada yang lebih baik lagi silahkan dihadirkan.
Saat menulis sambutan ini tadi malam, saya melihat bulan belum sempurna purnamanya, dan saya terbayang seperti itulah sebenarnya gambaran dunia Pendidikan kita, dia terus bergerak menuju kesempurnaan, mesti terdapat satu dua coreng-moreng yang kelihatan, tapi di dalam Sanubari, saya memiliki sungguh-sungguh keyakinan, kelak saat Pendidikan dijadikan sebagai Panglima itulah saatnya Indonesia menjadi Negeri Adidaya, tentu hal itu juga ada di dalam Sanubari hadirin sekalian.
Jika kemarin kita masih malu-malu kucing untuk menyatakan hal itu, sekarang kita harus bersuara lantang, maka tafsir yang jelas tentang Pendidikan sebagai Panglima harus dijabarkan lalu diurai menjadi sebuah pedoman untuk menghasilkan kebijakan bahwa Pendidikan sebagai Panglima dalam bernegara, yaitu ketika semua sektor kehidupan menjadi ilmu pengetahuan sebagai satu rujukan, mulai dari politik, ekonomi, sejarah, seni budaya, teknologi maupun keagamaan.
Maka mau tidak mau penelitian yang berkualitas harus digencarkan, wajib hukumnya, jangan sampai fenomena-fenomena yang ada cuma jadi gosip dan kasak khusyuk belaka.
Jangan sampai gejala-gejala kehidupan cuma berhenti di tingkat obrolan-obrolan saja, maka dari itu siswa Pendidikan Menengah Atas lebih lagi Pendidikan tinggi orientasinya harus pada penelitian yang makin berkualitas untuk menyelesaikan persoalan Bangsa, agar seluruh sarjana kita bisa mengabdikan keilmuannya, karena menurut data dari Kemendikbud sekitar 80% sarjana di Negeri kita bekerja tidak sesuai dengan keahliannya.
Kondisi itu tentu membuka mata kesadaran kita bersama, betapa banyaknya orang-orang kita yang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keilmuan yang mereka miliki.
Pada momen Hari Pendidikan Nasional pada pagi hari ini, Mari kita luruskan niat dan laku kehidupan berbangsa dan bernegara, gotong royong menjadi pedomannya. Di dalam gotong royong itu terdapat ajaran untuk saling membantu dan saling mengingatkan.
Jika kita mendengar sejarah gotong royong itu pulalah yang menjadi manifestasi riwayat Pendidikan di tanah air kita yang telah berlangsung lebih dari satu Millenium, yang dalam penerjemahan Ki Hajar Dewantoro seperti tadi saya sampaikan berbunyi “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”, sebagaimana artinya, yang di depan bisa memberikan contoh/memberikan teladan, yang berada di tataran tengah bisa memberikan bimbingan terus-menerus, serta yang berada di belakang selalu memberikan dukungan dorongan support untuk mereka semuanya.
Jika kurikulum Merdeka Belajar memiliki terjemahan kolaborasi dalam mengembangkan kemampuan diri, maka semboyan itulah yang mesti kita tancapkan dalam dalam di Sanubari demi kemakmuran Negeri. Pungkas Ganjar Pranowo. (Eko B Art)