Selayar, Gerbang Indonesia – Tuntutan tugas dedikasi dan tanggung jawab sebagai seorang supervisor di Perusahaan Pelayaran Negara menuntut Aulia sapaan akrab wanita berusia tiga puluh delapan tahun (38) yang lahir pada tahun 1983 tersebut untuk on time bekerja satu kali dua puluh jam dengan tidak mengenal lelah dan letih.
Bekerja dan mengenakan seragam dinas sedari pagi hingga menjelang larut malam untuk memastikan berjalan aman dan lancarnya proses bongkar muat di pintu Pelabuhan, sudah menjadi rutinitas harian yang tidak boleh tidak harus dilakoni Aulia, bersama segenap jajaran stafnya. Radio Handy Talky yang setiap harinya digunakan untuk memonitor kondisi Pelabuhan dan proses bongkar muat di area Dermaga, bahkan nyaris tak pernah lepas dari genggamannya.
Sebagai seorang supervisor yang bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan lima unit armada kapal ferry, milik PT ASDP Indonesian Ferry (Persero) yang setiap harinya hilir mudik, melayani arus pelayaran di lintasan Pelabuhan Pamatata-Bira.
Aulia Achmad, tak boleh abai dan lengah sedetikpun dalam menunaikan tugas serta kewajibannya. Tak sedikitpun ada waktu untuk dia beristirahat merebahkan tubuh dan ataupun bersantai dengan keluarga di rumah.
Hampir separuh waktunya, dihabiskan di kantor, untuk mengurusi kelengkapan administrasi, layanan ticketin, sampai urusan pemberangkatan kapal dari Pelabuhan Pamatata dan sebaliknya. Kondisi ini kontan membentuk pribadi dan mentalnya untuk tampil menjadi seorang pucuk pimpinan wanita berwibawa di mata staf serta jajarannya di lapangan.
Kepribadian wanita pekerja bermental baja, kuat, tangguh, dan ulet yang senantiasa tampil fresh dalam setiap waktu dan kesempatan, terpancar jelas dari tindakan langkah dan arahan yang disampaikannya kepada jajaran staf, baik di lingkungan kantor, maupun pada pelaksanaan tugas-tugas lapangan lainnya.
Wibawa seorang pemimpin wanita tegas dan lugas tak jarang dimunculkannya, saat bersitegang dan beradu mulut dengan pengemudi angkutan atau calon pengguna jasa penyeberangan yang membandel serta dinilai memperlambat proses pelayanan.
Pasalnya, ia tak jarang harus turun tangan menjadi sosok juru parkir (jukir) wanita, berparas cantik dan anggun untuk mengatur kendaraan yang akan diberangkatkan via kapal Ferry.
Beruntung, pada musim arus mudik dan arus balik tahun 2022 ini ia cukup terbantu oleh kehadiran posko layanan terpadu yang terdiri atas unsur gabungan TNI Polri, Satpol PP dan Dishub serta Pos SAR Selayar.
Selain itu, dirinya juga sangat terbantu oleh kehadiran tenaga medis Puskesmas (PKM) Parangia, Unit Pelaksana Tekhnis Pengelola Fasilitas Pelayanan Darat Pelabuhan Pamatata, Dirjen Perhubungan Darat Satpel Pelabuhan Penyeberangan Pamatata, Palang Merah Indonesia (PMI), dan taruna dan taruni Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Sorong. (Wahyudi)