DPRRI Komisi X Minta Lingkungan Akademis Indonesia Tidak Hanya Andalkan SCOPUS

DPRRI Komisi X Minta Lingkungan Akademis Indonesia Tidak Hanya Andalkan SCOPUS

Pemalang | Gerbang Indonesia – Scopus adalah basis data rujukan dan abstrak milik Elsevier yang diluncurkan pada tahun 2004. Scopus mencakup hampir 36.377 judul dari sekitar 11.678 penerbit, yang mana 34.346 judul di antaranya adalah jurnal telaahan sejawat di bidang terkemuka, yakni ilmu hayati, ilmu sosial, ilmu kedokteran, dan ilmu kesehatan.

Berkaitan dengan hal tersebut, Dede Yusuf selaku Wakil Ketua Komisi X DPR RI menyampaikan bahwa “Sebagaimana diketahui tadi, dan kita sudah diskusi Scopus ini jurnal yang Internasional. Ini sebetulnya merupakan standar yang diberlakukan oleh Indonesia dulu, tetapi sebenarnya sekarang sudah tidak wajib”.

Dede Yusuf menambahkan diseluruh dunia tidak semuanya menggunakan Scopus, hal itu kan seperti semacam ISO 2000, dan harus menggunakan standar luar Negeri.

Padahal jarang sekali Dosen kita ngajar di luar Negeri. Kalau kita mau ngajar di luar Negeri, memang itu harus ada (standar-standar yang seperti itu), Oleh karena itu untuk kita memperbanyak jumlah Dosen, memperbanyak Guru Besar maka lebih baik kita menggunakan standar Nasional.

Baca juga:  Kurangi Resiko Pengendara, Pemkab Barru Bersama PU Sulsel Lakukan Perbaikan Jalan Poros Pekkae-Soppeng

Standar Nasional itu nanti siapa yang bikin, ya tentu ada Konsorsium Keilmuan.

Apapun juga nanti kita akan minta kepada Pemerintah, tetapi yang penting adalah Pemerintah outputnya harus mengeluarkan satu aturan Permendikbud yang tidak mewajibkan Scopus.

Sudah nggak ada tetapi dunia akademik masih menjadikan itu wajib terutama pada saat nanti mau kenaikan fungsional kenaikan jabatan.

Baca juga:  Guru Agama Pelaku Cabul Terhadap Dua Orang Muridnya di Taput, Ditetapkan Sebagai Tersangka

Kalau Jurnalnya ini nggak sesuai, kedua ini Jurnalnya belum internasional dan seterusnya, itu yang memberatkan akhirnya Dosen-dosen hebat yang bagus untuk naik Jabatan itu susah, akibatnya teknologi tidak naik, ya Generasi Layer keduanya menjadi tidak naik juga. Pungkas Dede Yusuf. (Eko B Art)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *