Bakso Bakar Juminem Membuat Lidah Bergoyang

Bakso Bakar Juminem Membuat Lidah Bergoyang

Reporter: Rudi Hartono

Medan | Gerbang IndonesiaBakso bakar, jajanan favorit tanpa memandang usia sangat digemari semua kalangan. Berbagai macam olahan bakso yang beredar dipasaran. Ada yang di olah menjadi bakso goreng, bakso bakar, bakso kuah dan lain sebagainya. Berbagai variasi ini menyajikan cita rasa tersendiri bagi penggemarnya. Begitu juga dengan bakso bakar. Ada yang menjual dengan tambahan kuah padang atau kuah kacang persis kayak pedagang sate padang. Lalu ditaburi bawang goreng untuk penguat aroma. Ada juga yang memakai bumbu rahasia yang di oles dengan kecap dan saos.

Awak media Gerbang Indonesia, Selasa malam (7/12) kebetulan melintas dan merasa lapar mendadak. Aromanya sungguh menggoda dan sayang untuk dilewatkan. Berlokasi di jalan Marelan I Pasar IV Barat Marelan Kecamatan Marelan, Kota Medan tepatnya di Simpang jalan Cerut. Lokasinya strategis diantara jalan arah ke pasar 3 belok kiri dan arah ke pajak UKA Kelurahan terjun. Pembeli sudah mulai antri menunggu pesanan.

Sebuah warung berukuran 2×2 meter. Dengan sebuah stelling ukuran mini 100×60 cm dan pembakaran berdiri ukuran 70×5 cm di samping kanan. Di atas stelling ada jajanan keripik yang tergantung. Di sekitar meja sebagai tempat stelling terdapat pula bumbu oles yang terdiri dari saos dan kecap dalam wadah toples plastik. Dan sebuah mangkok bulat transparan tempat bumbu olahan rahasia sebagai bumbu bakar.

Baca juga:  Kedai Abuya Telah Hadir di Jawa Tengah, dan Akan Segera Dibuka di Kota Tegal

Ada berbagai macam varian olahan bakso yaitu bakso bulat kecil seukuran telor puyuh dan tahu isi bakso. Ada pula tempe yang di potong-potong kecil ukuran 5 cm memanjang, ada ceker ayam yang di tusuk 2 potong, kepala ayam berisi dua potong dan ada pula sosis yang di sayat-sayat tipis yang telah di panggang. Di bawah bakaran ada ember yang berisikan arang. Mula-mula bakso yang telah di tusuk diolesi bumbu bakar di panggang. Kemudian di angkat kembali diolesi saos dan kecap pakai kuas sampai merata. Di panggang kembali tak lebih 10 detik, lalu diolesi kembali dengan bumbu rahasia sampai aromanya menggugah selera.

Terlihat berbagai pesanan terpanggang dipembakaran. Aromanya membuat pengunjung menelan ludah membayangkan kelezatan. Juminem (47), menuturkan bahwa usaha ini sudah berjalan 7 tahun lamanya. Berasal dari suami yang habis kontrak di pabrik sarung tangan, bingung mencari nafkah. Kemudian iseng-iseng Juminten mengusulkan membuat warung bakso bakar.

Dengan modal 2 juta rupiah, mulailah mereka mencoba peruntungan di depan rumah. Kebetulan rumah mereka berada di pinggir jalan. Semua perlengkapan dan peralatan dibeli. Warung sudah ada sebelumnya karena dulu adiknya berjualan tapai ubi dan jajanan anak-anak. Awalnya hanya sekilo olahan daging ayam yang digiling. Memperoleh sekitar 100-120 tusuk bakso dan tahu isi bakso. Lalu di tambah varian empelo, ceker. empelo hilang lalu di ganti kepala ayam dan ceker.

Baca juga:  Harga Kaki Lima tapi Rasa Bintang Lima

Tahun pertama masih berkisar 100-300 tusuk berbagai varian. Lalu meningkat lagi jumlahnya hingga 5 tahun belakangan ini mampu mengolah 1000-1200 tusuk bakso. Variannya bertambah dengan tempe bakar yang mulai digandrungi pelanggan. Layaknya usaha ada jatuh bangun. Semua tergantu rasa, pelayanan dan keramahan terhadap pelanggan. Apalagi saingan yang berkeliling setiap gang sudah bertebaran menjajakan bakso bakar. Tapi Juminem yakin bahwa rejeki itu sudah ditetapkan Allah.

“Yang penting bersyukur dan selalu meningkatkan cita rasa agar tetap punya ciri khas”, ujarnya berfilosofi. “Dari anak-anak sampai orang dewasa suka nongkrong disini dek, sambil cuci mata menikmati senja diiringi celetuk dan canda tawa”, ujarnya. Reporter anda mencicipi hidangan bakso yang telah di pesan. Hmmm….rasanya memang beda. Olahan baksonya terasa gurih. Rasa garam, merica dan aroma kaldu tercampur menjadi satu di daging bakso. Apalagi olesan bumbu bakar rahasia meresap sampai ke dalam daging bakso. Saos dan kecap di oles sekedarnya. Ketika berada dipanggangan, aromanya menusuk hidung dan jakun turun naik menelan ludah ingin menyantapnya segera.

Baca juga:  Kedai Abuya Telah Hadir di Jawa Tengah, dan Akan Segera Dibuka di Kota Tegal

Pagi pukul 06.00 WIB, belanja setiap hari di pasar pasar V Marelan, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan untuk kebutuhan jualan. Mulai dari daging ayam 4 kiloan yang di giling di penggilingan, tahu isi, tempe, kepala dan ceker. Tak lupa bumbu bakar seharga 50 ribu dan kebutuhan pelengkap lainnya. Pengeluaran untuk belanja berkisar 700-800 ribu, tergantung naik turunnya harga kebutuhan. Di olah dari pagi, Juminem di bantu suami (Sofyan) dan dua orang anaknya yang beranjak dewasa.

Sekitar pukul 16.00 WIB dagangan digelar di depan rumah. Dan biasanya pukul 22.00 WIB sudah tutup. Dari hasil penjualan rata-rata omset 1-1,2 juta. “Alhamdulillah, sekarang penjualan sudah normal, langganan pun bertambah banyak”, ujarnya sumringah. Juminem tidak ingin menambah besar usahanya dan tidak ingin meminjam modal di bank. “Sebegini aja sudah ribet dek, ludes saja tiap hari untung sudah lumayan”, jawabnya. Kalau di hitung secara kasar, paling tidak 200-400 ribu keuntungan diperoleh setiap malamnya. Kelihatan sepele, ternyata keuntungannya lumayan gede. Anda berminat?, coba saja sendiri, bisa jadi peruntungan Anda berawal dari usaha ini. (Rudi Hartono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *