Capres Potensial Itu Sejatinya Menggunakan Media Sosial Untuk Menarik Perhatian Pengusung, Dalam Hal Ini Adalah Partai Politik

Capres Potensial Itu Sejatinya Menggunakan Media Sosial Untuk Menarik Perhatian Pengusung, Dalam Hal Ini Adalah Partai Politik

Reporter: Eko B Art

Pemalang | Gerbang Indonesia – Para calon calon Presiden potensial berlomba lomba menggenjot intensitas kemunculannya di media sosial untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas.

Namun demikian, sejumlah analis menilai popularitas melalui medsos tidak berpengaruh besar pada elektabilitas.

Melansir dari tayangan YouTube Metro TV Sabtu 1 September 2022.

Terlihat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mendadak menjadi sopir angkot mikrotrans jakarta rute Rawamangun, Duren Sawit.

Dalam video yang diunggah di akun youtube nya, Anies terlihat berbincang dengan sang sopir sepanjang perjalanan.

Momen serupa tapi tidak sama juga dibagikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Baca juga:  Bayang-bayang Bupati Defenitif Mubar

Ganjar juga naik angkot, tapi bedanya Ganjar menjadi penumpang.

Hal itu dilakukan Ganjar saat hendak pulang ke rumah dinasnya di Puri Gede, kecamatan Gajah Mungkur, Kota Semarang.

Kata tahu bahwa, Anies dan Ganjar adalah dua Gubernur yang memiliki elektabilitas tertinggi, di samping juga ada menteri pertahanan Prabowo Subianto.

Apakah tingkat keterpilihan nama-nama bakal calon Presiden itu bisa didongkrak dengan aktivitas mereka di media sosial…?

Menurut Indonesia, political opinion pada tahap ini, para capres potensial itu sejatinya menggunakan media sosial untuk menarik perhatian pengusung dalam hal ini adalah Partai politik.

Baca juga:  Pilpres dan Polarisasi Masyarakat

Di sisi lain, partai politik memiliki perhitungan yang berbeda. Selain karena memiliki potensi terpilih, seorang calon Presiden harus memiliki daya ungkit terhadap elektabilitas partai politik.

Dalam hal ini, tokoh yang memiliki angka linear antara popularitas dan elektabilitas akan memiliki peluang dan memiliki daya ungkit terhadap elektabilitas partai politik.

Tokoh yang mendapatkan popularitas dan berdampak pada elektabilitas itu, urutan pertama adalah Anies Baswedan. Kenapa karena popularitas Anies Baswedan itu linear dengan elektabilitasnya?

Baca juga:  Kalkulasi Gerbong Politik

Berbeda dengan Ganjar Pranowo, berbeda dengan Ridwan Kamil, kalau Ridwan Kamil sangat populer di media sosial, tapi elektabilitas Ridwan Kamil Linier dengan popularitas yang dimiliki.

Ganjar pun demikian, Ganjar Pranowo populer di media sosial karena propaganda relawan dari segalanya.

Tapi dari sisi elektabilitas masih didominasi oleh kader dari partai PDI Perjuangan, jadi wajar jika para calon potensial memaksimalkan media sosial untuk mendongkrak popularitasnya.

Pasalnya, media sosial merupakan saluran yang murah untuk didayagunakan, namun intensitas kemunculan di media sosial bukan faktor utama tingkat keterpilihan.(Eko B Art)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *