Dua Sisi Gambar dari Mata Uang

Dua Sisi Gambar dari Mata Uang

Penulis: Eko B Art

Pemalang | Bagaimana bila Masyarakat Menggugat? ini semua adalah masih tentang Daerahku.

Mengharapkan kepada Pemimpin Rakyat dan Wakil Rakyat menuju Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh.

Bagaimana bisa Tangguh bila terpisah dan berkonflik juga beradu.

Bagaimana bisa Tumbuh bila saling menghambat ide dan saran tanpa saling memberi semangat.

Wahai Wakil rakyat dari pilihan para masyarakat.
Wahai Pemimpinku dari Pilihan masyarakat.
Kenapa Berseteru…? tanpa kita tahu.

Harusnya kalian adalah kedua Sisi saling melengkapi dari mata uang untuk harga diri dan martabat kekuasaan yang ada di Daerahku.

Bisa Saling memberi Hal terbaik, bukan malah berisik apalagi saling memekik.

Bila hal ini adalah Kealpaan dari Pemimpinku, maka wakil rakyatku datanglah dan bersua dalam dialog damai untuk hadir mengingatkan suatu Kealpaan.
Bila ini adalah Ego yang datang dari wakil masyarakat, Maka Pemimpinku datangilah wakilku untuk duduk bersama bicara dari hati ke hati sepenuh jiwa.

Baca juga:  Bayang-bayang Bupati Defenitif Mubar

Kami tidak ingin melihat kegaduhan ini menjadi persoalan ataupun menjadi contoh soal bagi masyarakat.

Kami aspirasikan suaraku lewat wakilku, dan kami lakukan hal terbaik untuk Pemimpinku.

Kami berada di dua sisi pada garis letak keduanya diantaramu.

Apakah dari gedung Wakilku menuju gedung Pemimpinku, adalah jarak yang sangat jauh, padahal hitungan menit saja, kaki melangkah sudah sampai pada tempat yang dituju.

Apakah dari gedung Pemimpinku menuju gedung Wakilku, adalah jarak yang sangat jauh, padahal hitungan menit saja, kaki melangkah sudah sampai pada tempat yang dituju.

Semestinya jangan saling menghadirkan ego, Kami khawatir, Kami rakyat semuanya juga menjadi ego.

Semestinya jangan saling menghadirkan Alpa, Kami khawatir, Kami rakyat semuanya juga menjadi Alpa.

Karena kalian semua mencontohi Kami. Kami berharap Kalian memberi contoh terbaik untuk panduan langkah Kami.

Baca juga:  Idealisme Versus Kasunyatan Dunia Pendidikan Indonesia

Bila Ke Egoan Kalian menjadikan sebuah KeAlpaan.

Bila Alpa kalian menjadi sebuah ke Egoan.

Maka bila Ego dan Alpa itu masih saling kalian pegang, taruh saja di tungku untuk bahan bakar mendidihkan air untuk seduhan Teh ataupun Kopi dalam hidangan pertemuanmu.

Kami hanya masyarakat, Rakyat kecil, tidak tahu soal regulasi, bahkan kami buta tentang undang-undang, kami juga tidak tahu pasti tentang Peraturan.

Bila Regulasi, Undang undang dan Peraturan malah memicu Konflik dari dua sisimu, apa lagi yang harus kami pahami tentang makna penting sebuah paham Demokrasi.

Kepada Wakilku dan Pemimpinku, sudahilah semua ini. Kami pernah diceritakan sebuah kisah lama, bahwa bila perseteruan itu ada, maka yang Menang jadi Arang yang kalah jadi Abu.

Itu kami dapat dari cerita Guru waktu kami belajar baca tulis dari Guru Sekolah Dasarku.

Baca juga:  Konsolidasi Politik Darwin

Sekali lagi kalian adalah seperti dua sisi mata uang, salah satu dari sisi keduanya adalah Pelengkap dari nilai tukar pembayaran harga pembelian dan Penjualan.

Kami tidak tahu mana yang Benar dan Mana yang Salah, kami tidak sanggup membela berada disebelah mana.

Sebab yang saya tahu Kalian berdua adalah Pemegang prinsip prinsip Kebenaran.

Bahkan ketika kalian berdua Bersalah, maka Kalian pasti lebih Bijak saling Mengakui kesalahan, untuk selanjutnya Berjalan beriring dalam langkah untuk Pemalang Ikhlas menuju Pemalang Aman.

Kami harus bisa membanggakan kalian berdua, sebab bila siapapun yang menang dalam perseteruan ini maka kami sebagai rakyat yang merasakan Kekalahan.

Namun bila Kalian Berdua bisa saling mengalah maka Rakyat yang mendapat Bonus kemenangan.

Kalian berdua lebih Pantas untuk kami pertahankan, daripada kami membela salah satu dari keduanya. Pemalang Ikhlas Pemalang Aman. (Eko B Art)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *