Jagung Merupakan Komoditi Besar Yang Kedua Setelah Beras di Kabupaten Pemalang

Jagung Merupakan Komoditi Besar Yang Kedua Setelah Beras di Kabupaten Pemalang

Pemalang | Gerbang Indonesia – Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang Imam Mukarto menyampaikan, bahwa Jagung merupakan komoditi besar yang kedua setelah beras, dan ketika Kepala Staff Kepresidenan berkunjung ke Pemalang juga bertepatan dengan panen Raya Jagung.

“Jadi kita punya banyak produk Jagung di Pemalang yang total produksinya relatif besar dalam setiap tahunnya, secara umum bagi Petani Pemalang itu sudah bukan hal yang asing dalam budidaya jagung”, ucap Imam Mukarto di kantornya, Kamis 16/3/2023.

Lebih lanjut Imam menambahkan, sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan budidaya Jagung, yang bisa menjadikan kunci keberhasilan yang akan menjadi tolak ukur nantinya dalam mendalami budidaya Jagung.

“Yang pertama adalah dari pemilihan benihnya, kalau sekarang ya, setidaknya dalam pemilihan benih bisa lebih bervariasi, intinya kalau benih yang sudah bersertifikasi maka persentase keberhasilannya bisa ada jaminan, karena benih ini nantinya akan mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik. Karena faktor benih ini sebagai faktor penentu dalam memulai budidaya jagung”, terangnya.

“Yang kedua adalah faktor persiapan lahan, dalam hal ini persiapan lahan yang dilakukan mulai dari pengolahan pengolahan tanah, sampai dengan nanti masa penanaman ini harus benar benar dipersiapkan, dan untuk budidaya Jagung tentunya lahan yang akan dimanfaatkan adalah lahan-lahan yang bukan lahan – lahan sawah. Kalau di Pemalang karena lahan sawah sekarang kita lebih berorientasi untuk tanaman Padi, salanjutnya kalau jagung biasanya ditanam di lahan lahan tadah hujan, kebanyakan hampir 90% budidaya jagung dilakukan di lahan LMDH (Lembaga Masyarakat dalam Hutan)”, lanjutnya.

Baca juga:  Dinas Pariwisata Kabupaten Pemalang Mengundang Sebanyak Lebih Kurang 200-an Biro Pariwisata dari Jawa-Bali Dalam Kegiatan "Pemalang Vaganza"

Lebih jauh dikatakannya, bahwa sebenarnya sangat mudah untuk untuk mempersiapan lahan, yang penting lahan itu intinya dilakukan pengolahan tanah mulai dari pembersihan, kalau memang di situ ada hamparan yang penuh dengan rumput harus ada pembersihan rumputnya (bisa secara manual atau bisa secara kimiawi dengan menggunakan Herbisida untuk membasmi rumput). Lalu selanjutnya kita gemburkan tanahnya, agar tanaman itu lebih mudah untuk bisa melakukan pertumbuhan dan berfungsi maksimal untuk menyerap ke tanah.

“Yang ketiga ini perawatan tanaman, mulai dari pengairannya, kemudian nanti pengendalian hama dan penyakit, dan hal ini berlaku hampir semua jenis tanaman akan memerlukan pengendalian hama dan penyakit sebagai kunci keberhasilan didalam sebuah budidaya tanaman termasuk budidaya jagung”, jelasnya.

“Yang keempat ini adalah pasca panen dan penanganan, hal ini juga tidak kalah pentingnya di dalam sebuah budaya untuk bisa membuat lahan/ kesuburan tanah tetap berkualitas. Bagaimanapun petani itu harus bisa menentukan waktu untuk pemanenan, sebab bila jagung terlalu tua/kering ataupun terlalu muda/basah juga kurang bagus. Secara umum kuncinya dalam budidaya jagung adalah dimulai benih, pengolahan tanah, kemudian perawatan tanaman (mulai dari pemupukan pengendalian hama)”, sambungnya.

Baca juga:  harga tembaga di kota Jakarta Barat terkini

Imam mengubgjapkan, bahwa hampir semuanya untuk budidaya tanaman apapun itu relatif sama, dan bila benih itu bersertifikasi tentu varitasnya juga tidak diragukan. Soal kebiasaan memilih merk bibit/benih jagung dalam penanamannya tentu lebih karena pengalaman keberhasilan dan informasi atau kebiasaan dari lingkungan petani tersebut, semua bibit benih jagung sama saja tinggal memilih dan suka yang mana. Bibit benih yang sudah bersertifikasi tentu sudah teruji untuk kualitas maupun produksinya.

“Hampir semua tanaman jagung secara teori sama dalam kebutuhan airnya, tidak perlu banyak air, karena adanya air ini bagi tanaman itu diperlukan untuk proses hidup saja, makanya untuk bercocok tanam budidaya Jagung di daerah – daerah dengan lahan yang tadah hujan ini biasanya akan menyesuaikan dengan pada saat cuaca curah hujan, intinya kita jangan melawan alam. Yang menjadi perhatian utama dari tanaman itu adalah pada fase vegetatif dan generatif, kalau pada kondisi dia fase ini bisa dilewati dengan baik, maka pertumbuhan awal dan pembentukan tongkol jagung bisa maksimal”, tandasnya.

Baca juga:  Berbincang santai dengan kader PDI Nasional Ir H Soetrisno

“Karena kebanyakan Petani kita ini masih kategori Petani yang tradisional/konvensional maka pemupukan juga tidak perlu berlebihan, karena pupuk itu seperti makanan untuk tanaman, bila terlalu banyak juga akan merusak bila kurang dalam pemupukan juga akan dapat mengganggu proses pertumbuhan, intinya cukup, kalau kadarnya tepat itu lebih bagus”, imbuhnya.

Imam mengambil contoh, ketika diberikan pupuk urea yang berlebihan maka tanaman hanya akan menjadikan pertumbuhan daunnya saja yang lebat tapi lemah dalam pertumbuhan akar dan akan roboh, kemudian produktivitas nya juga akan rendah. Jadi yang sebaiknya itu yang namanya pemberian pupuk sepertihalnya pemberian makanan pada manusia, harus menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tanaman, jadi sesuai dosis.

“Hal itu yang harus dirubah oleh para Petani yang sekarang ini dari metode tradisional/konvensional (cara lama menjadi cara modern yang lebih efektif dan efisiensi dalam penggunaan pupuk) apalagi bila masyarakat petani Pemalang sudah mau memulai beralih menggunakan dan manfaatkan pupuk organik untuk budidaya semua tanaman, tentu itu akan lebih baik demi kelangsungan sawah lestari dan juga lahan tadah hujan, demi kelangsungan ketersediaan pangan di lingkungan kita”, pungkas Imam Mukarto.(Eko B Art).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *