Pemalang, Gerbang Indonesia – Problem permasalahan sampah di Pasar Sayur dan Buah diwilayah Kabupaten Pemalang sangat perlu mendapatkan perhatian khusus dari Dinas terkait. Semestinya sampah tidak tidak dibiarkan menggunung, karena akan membuat konsumen dan pedagang merasa jijik karena bau nya yang menyengat.
Dinas Lingkungan Hidup dan Diskoperindag Kabupaten Pemalang idealnya, harus bisa cepat tanggap menangani permasalah Sampah ini, karena sudah satu minggu terakhir sampah tersebut membuat masalah baru, selain bau busuk yang menyengat, akses jalan bongkar muat distribusi barang pun menjadi terganggu dan tidak enak dipandang mata. Padahal pemberitahuan dari pedagang kepada Kepala Pasar Sayur dan Buah sudah dilakukan.
Akibatnya, pedagang yang berada dekat tumpukan sampah tersebut, pendapatannya menurun, karena terdapat tumpukan sampah yang sangat bau menyengat, hingga menghalangi aktifitas jual beli dia area tersebut.
Trisno salah seorang Pedagang mengatakan, bahwa awalnya akses jalan dengan lebar kurang lebihnya 6 meter jadi menyempit hanya tinggal 1,5 meter, sehingga menghambat pembongkaran barang pesanan, bahkan dirinya yang notabene adalah pedagang ketela, mengungkapkan bahwa truk yang akan membongar pesanan hampir saja terguling akibat melintasi akses jalan Pasar yang dipenuhi sampah.
“Saya sebagai pedagang dirugikan banget atas hal ini, sekarang akses jalan saja susah, pembeli lihat seperti ini jijik katanya. Coba bayangin?. Apalagi waktu pembongkaran barang, setiap hari kita ditarikin, nyatanya tidak sesuai masih kotor, keadaan ini sudah semingguan”, ucap Trisno, Minggu 24/2/2023.
Dalam kesempatan yang sama, adalah Sukim seorang pedagang Kelapa juga turut menyampaikan, bahwa dirinya benar – benar merasa telah dirugikan atas kejadian tersebut.
“Bahwa dengan adanya sampah yang menumpuk, saya sangat dirugikan karena menurunnya omset penjualannya, apalagi semenjak sampah menumpuk, kami pedagang yang berada disekitar juga merasa sangat tidak nyaman dengan bau busuk yang ditimbulkan akibat dari penumpukan sampah ini. Sebenarnya kapasitas di Pasar ini seharusnya tiga mobil, kata Kepala Pasar. Namun, kenyataannya hanya dua mobil dengan alasan tidak ada anggaran atau minim anggaran”, ungkapnya.
“Kalau bisa sampah ini setiap sehari seharusnya diambil tiga kali rit pembuangan. Namun nyatanya, hanya diambil dua rit saja, sehingga yang satu ritnya tertinggal, dan itu terjadi setiap hari. Jika, di akumulasi setiap harinya menumpuk satu rit, kita iuran setiap harinya Rp 15.000,- sudah termasuk kebersihan”, ucap Sukim Pedagang Kelapa di Pasar tersebut.
“Sampah salah satu problem yang dialami setiap komunitas. Namun, bagaimana pengelolaannya itu sangat menentukan. Harapan kami para Pedagang kepada Dinas terkait, untuk bisa segera menyelesaikan masalah sampah dilingkungan Pasar Sayur dan Buah ini”, harap Trisno dan Sukim. (Eko B Art).