Kolaborasi Tradisi Peminangan dan Pernikahan Adat Antara Suku Flores dengan Suku Rote

Kolaborasi Tradisi Peminangan dan Pernikahan Adat Antara Suku Flores dengan Suku Rote

Reporter: Yurry Tse

Fatuleu | Gerbang Indonesia – Peminangan didahului dengan mempersiapkan Jubir dari kedua belah pihak keluarga sebagai penyambung suara hati keluarga.

Keluarga Bata dan keluarga Kefan (Rebeca Bata – Kefan) mandaulatkan jubir kepada Welmince Reke dan keluarga Amalo – Kedo (Frengky Bonik Amalo) mandaulat jubir kepada Herson Yakob Amalo.

Dalam pantauan awak media hajatan peminangan adat yang berlangsung di rumah keluarga Bata – Kefan (Rebeca Bata – Kefan) di kediaman mempelai perempuan Batuplat Kelurahan Camplong 1, Kecamatan Fatuleu,.Kabupaten Kupang, Jum’at 02 September 2022.

Jubir Herson Yakob Amalo menyapa di depan pintu masuk pelaminan dengan kata, Syalom selamat sore bagi kita semua dan meminta keluarga mengijinkan, menyampaikan maksud kedatangannya tapi beliau akan mengawali dengan do’a, selanjutkan dengan melantunkan pantun bersyair “Rote bukan hanya jauh karena jarak dan harus melewati laut dengan gelombang pukul afu, tapi Rote itu di kenal jujur dan pejuang sehingga sore ini hadir di sini Pulau Timor mencari sang kekasih yang cantik juga setia yang dikenal dengan nama Rebeca Bata, jika mengenalnya ijinkan kami dapat menemukannya di sini, dan disambut oleh jubir Welmince dengan pantun bersyair “Salom selamat datang di gubuk ini, dari Rote sampai ke Timor harus melewati ombak gelombang pukul afu yang membuat orang mabuk dan sangat menakutkan tapi jika sampai ke Timor juga pasti harus melewati banyaknya kerikil tajam, gunung dan banyaknya tikungan dengan menginjak batu karang yang dapat memperlambat setiap perjalanan namun itulah lika – liku perjalanan dari Rote hingga sampai ke Timor Fatuleu demi sang cintanya Frengky Bonik Amalo, silahkan Frengky masuk untuk mencari sendiri Rebaca Bata jika dapat menemukannya di dalam gubuk ini dan bawa kemari untuk diperkenalkan pada kami keluarga dan para undangan.

Baca juga:  Sambangi Taman Melati, Bupati Barru Pastikan Kenyamanan Pengunjung

Kedua mempelai Frengky dan Rebeca keluar dengan menggunakan busana adat Rote dan Timor menghampiri tamu undangan dan menempati podium pelaminan adat yang sangat indah dan megah karya Rosalin Lay.

Welmince mempersilahkan rombongan dari keluarga Amalo – Kedo memasuki tenda hajatan dan disambut oleh keluarga Bata – Kefan dengan tata cara dan adat berupa penyerahan dulang peminangan yang berjumlah tujuh dulang, sesuai kesepakatan keluarga dan diterima dengan sangat baik oleh keluarga Bata – Kefan, serta dipersilahkan mengambil tempat duduk yang telah dipersiapkan.

Welmince memperkenalkan rumpun keluarga kepada Tamu undangan dan juga rombongan mempelai laki – laki yang telah hadir dengan budaya Rote dilengkapi adat dengan dulang antaran yang adalah hasil kesepakatan kedua keluarga mempelai untuk mempersatukan dua keluarga besar Bata – Kefan dan Amalo – Kedo.

Acara Peminangan di langsungkan dengan ibadat yang di pimpin oleh Pendeta Threes M Saneh – Bukang,S.Si – Teol bersama Presbiter Rayon Petra dan suasana ibadat berjalan dengan hikmat, ketika beliau membagikan dasar iman bagi kedua mempelai dan keluarga besar yang sudah mengikatkan tali kekeluargaan menjadi satu lewat peminangan adat.

Dasar Firman bagi kedua anak yaitu Rebeka Bata -Kefan dan Frengky Bonik Amalo juga kedua rumpun keluarga dan undangan adalah dengan firman Allah dari kitab Rut 1. : 16 – 17 Tetapi kata Rut : Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau ; sebab kemana engkau pergi, kesitu jugalah aku pergi, dan dimana engkau bermalam, disitu jugalah aku bermalam : bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku : di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku di kuburkan.Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu,jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut! “demikian kata Pdt Threes M Saneh – Bukang,S.Si – Teol menutup ibadat Peminangan adat kedua rumpun keluarga.

Baca juga:  Ketua DPRD Kabupaten Pemalang "Pertunjukan Seni Dari Wakil Rakyat Untuk Rakyat"

Welmince Reke menceritakan dan memperkenalkan budaya dan adat istiadat yang ada di NTT kepada awak media. “Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan sebuah Provinsi yang terdiri dari beberapa pulau besar antara lain Flores, Alor Sumba, Timor, Lembata, Sabu, Rote, Adonara, Komodo, Solor dan Palue. Ibu kotanya adalah kota Kupang. Nah buat sahabat milenial yang ingin tau lebih banyak, berikut kabar tradisi dan budaya Suku Flores dan Rote akan di ulas secara singkat mengenai tradisi dan budaya yang ada di NTT,” tuturnya.

Suku Bangsa Nusa Tenggara Timur pertama kita kenali terlebih dahulu mengenai masyarakatnya. Penduduk asli NTT sangat beragam dan terdiri dari berbagai suku. Jumlah suku yang bervariatif membuat provinsi ini memiliki keanekaragaman tradisi dan budaya yang sangat kas.

Apa saja suku yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur?

  1. Rote: Sebagian besar pulau rote dan sepanjang pantai utara Kab Kupang dan Pulau Semau.
  2. Sabu / Rae Havu: Pulau Sabu dan Raijua serta beberapa daerah di Sumba.
  3. Sumba: Pulau Sumba.
  4. Manggarai Riung: Pulau Flores bagian barat terutama Kan Manggarai dan Manggarai Barat.
  5. Ngada: Sebagian besar Kab. Ngada.
  6. Ende Lio: Kabupaten Ende.
  7. Sikka-Krowe Muhang: Kabupaten Sikka.
  8. Lamaholor: Kabupaten Flores Timur meliputi Pulau Adonara, Pulau Solor dan sebagian Pulau Lomblen.
  9. Kedang: Ujung Timur Pulau Lomblen.
  10. Labala: Ujung selatan Pulau Lomblen.
  11. Pulau Alor: Pulau Alor dan pulau Pantar.

Keragaman suku di Provinsi Nusa Tenggara Timur juga mempengaruhi kekayaan bahasanya. Sebab setiap suku di wilayah tertentu memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Sehingga jumlah bahasanya cukup banyak dan tersebar di pulau-pulau, bahasa daerah NTT beberapa diantaranya adalah:

Bahasa Kupang, Melayu Kupang, Dawan Amarasi, Helong Rote, Sabu, Tetun, Bural digunakan oleh masyarakat Timor, Rote, Sabu, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Berikutnya bahasa Tewo kedebang, Blagar, Lamuan Abui, Adeng, Katola, Taangla, Pui, Kolana, Kui, Pura Kang Samila, Kule, Aluru, Kayu Kaileso oleh masyarakat Alor dan pulau-pulau di sekitarnya. Bahasa melayu, Laratuka, Lamaholot, Kedang, Krawe, Palue, Sikka, lio, Lio Ende, Naga Keo, Ngada, Ramba, Ruteng, Manggarai, bajo, Komodo digunakan oleh masyarakat Flores dan pulau-pulau disekitarnya.
Bahasa Kambera, Wewewa, Anakalang, Lamboya, Mamboro, Wanokaka, Loli, Kodi digunkan oleh masyarakat Sumba dan pualu-ulau kecil disekitarnya.

Baca juga:  Kami Resah, Jalan Kami Kapan di Perbaiki

Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur sama seperti bahasa daerah, pakaian adat juga terpengaruh oleh beragamnya suku yang ada di Provinsi ini. Tiap suku di masing-masing wilayah memiliki pakaian adat tradisionalnya. Salah satu contoh adalah pakaian adat wilayah Rote, pakaian adat bagi laki-laki adalah menggunakan berupa topi yang khas, baju jas, selempang kain tenun dan sarung kain tenun untuk bawahan.itulah budaya adat dan keragaman suku yang ada di NTT,dan hari ini kita kolaborasi antara adat Timor, Flores (Maumere) dan Rote yang sangat inovatif,” tuturnya.

Mengakhiri acara Peminangan dilakukan ritual Suku Timor yang digunakan ketika seorang mempelai perempuan akan meninggalkan orang tua dan saudara nya, yakni menaikan dan menurunkan marga yang di kenal Suku Timor dengan nama “kaes Nono” Marga Bata di turunkan dan Marga Amalo dinaikan padanya menjadi Ripca Amalo – Bata dengan harapan kedua keluarga baik Frengky dan Rebeca akan melangsungkan pernikahan tahun depan setelah Peminangan yang ditandai dengan adat yang sudah dilakukan hari ini Jum’at 02 September 2022, sebagai bagian dari Budaya Timor dan disaksikan oleh kedua keluarga, Pemerintah dan Gereja.

Atas nama kedua rumpun keluarga besar Amalo – Kedo dan Bata – Kefan Welmince Reke mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang telah mendukung jalannya acara Peminangan dan mengucapkan selamat berbahagia bagi Frengky dan Ripca. (Yurry Tse)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *